Beranda | Artikel
Semua Nikmat dari Allah, Sedangkan Perbuatan Dosa dari Godaan Setan
Kamis, 3 Oktober 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Semua Nikmat dari Allah, Sedangkan Perbuatan Dosa dari Godaan Setan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 29 Rabiul Awal 1446 H / 3 Oktober 2024 M.

Kajian Islam Tentang Semua Nikmat dari Allah, Sedangkan Perbuatan Dosa dari Godaan Setan

Inilah kunci kebahagiaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah An-Nahl:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍۢ فَمِنَ ٱللَّهِۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ ٱلضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْـَٔرُونَ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Kemudian apabila kamu ditimpa bahaya, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl [16]: 53)

Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَٱذْكُرُوٓا۟ ءَالَآءَ ٱللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kamu beruntung.” (QS. Al-A’raf [7]: 69)

Allah juga berfirman:

…وَٱشْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“dan bersyukurlah atas nikmat Allah, jika kamu benar-benar hanya beribadah kepada-Nya.” (QS. An-Nahl [16]: 114)

Ayat-ayat ini menggambarkan dengan jelas bahwa semua nikmat yang ada pada diri kita, apa pun bentuknya, bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Sebagaimana semua nikmat itu berasal dari Allah, demikian pula taufik untuk berbuat kebaikan juga datang dari-Nya. Nikmat yang kita rasakan bukan karena jasa atau kebaikan kita, tetapi murni karunia Allah.

Ketika semua murni karena karunia-Nya, maka mensyukurinya juga tidak akan bisa dilakukan kecuali dengan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seharusnya, kita memuji Allah dari awal sampai akhir karena semua kebaikan berasal dari-Nya. Bahkan, mensyukuri kebaikan tersebut juga merupakan bagian dari taufik-Nya. Mengingat dan mensyukuri nikmat pun tidak bisa kita lakukan tanpa pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Benarlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ

“Barang siapa yang mendapati kebaikan, hendaknya dia memuji Allah. Dan barang siapa yang mendapati selain dari itu, maka janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri.” (HR. Muslim)

Dosa-dosa dan maksiat adalah kebalikan dari taufik. Jika taufik berarti Allah memudahkan hamba-Nya untuk melakukan kebaikan, melapangkan dadanya untuk menerima kebaikan, dan memudahkannya untuk mengamalkan kebaikan tersebut, maka sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa melepaskan seorang hamba dari taufik-Nya, sehingga ia tidak mendapatkan pertolongan dalam berbuat kebaikan.

Dosa-dosa itu terjadi karena Allah berpaling dari hamba-Nya dan tidak menolongnya. Allah membiarkan hamba tersebut dengan hawa nafsunya, sedangkan kita tahu bahwa sifat asli hawa nafsu adalah selalu memerintahkan kepada keburukan. Kita diperintahkan untuk berlindung dari keburukan hawa nafsu dan dari kejelekan jiwa-jiwa kita.

Perbuatan dosa yang dilakukan oleh seorang hamba disebabkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berpaling darinya dan tidak menolongnya. Allah membiarkan hamba itu dikendalikan oleh hawa nafsunya. Jika Allah tidak menghilangkan keburukan tersebut dari hamba-Nya, maka tidak ada cara untuk bisa menghilangkannya.

Karena itu, seorang hamba benar-benar berada dalam keadaan sangat membutuhkan Allah. Ia harus merendahkan diri dan tunduk kepada-Nya, sungguh-sungguh memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan dirinya dari sebab-sebab dosa. Karena perbuatan dosa merupakan akibat dari berpalingnya Allah dari seorang hamba, maka hamba tersebut harus sungguh-sungguh memohon kepada Allah agar tidak membiarkannya dikuasai oleh setan dan hawa nafsunya, yang akan menjerumuskannya ke dalam perbuatan dosa. Na’udzubillahi min dzalik.

Jika dosa itu terjadi -meskipun hamba telah berusaha- maka seorang hamba sangat butuh untuk segera bertaubat dan memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar Dia menjauhkan dari akibat buruk dosa tersebut, yaitu siksaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan karena maksiat. Hamba tersebut harus segera memohon ampun kepada Allah, agar dosanya diampuni dan dibersihkan dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat, serta segera kembali kepada Allah dengan taubat yang tulus.

Seorang hamba tidak bisa lepas dari kebutuhan mendesak untuk tiga hal yang menjadi kunci kebahagiaannya, yaitu:

  1. Selalu mensyukuri nikmat Allah;
  2. Selalu memohon keselamatan dan ampunan dari akibat dosa;
  3. Kembali kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh.

Ini semua merupakan perenungan yang seharusnya menjadi motivasi bagi seorang hamba untuk mempersiapkan bekal dalam menjalani hidupnya. Nikmat akan selalu Allah tetapkan bagi hamba yang bersyukur. Bahkan, Allah akan menambah dan menyempurnakan nikmat tersebut, terutama yang berhubungan dengan kebaikan agama kita. Kita selalu butuh penjagaan dari Allah dan selalu membutuhkan iman yang terus ditingkatkan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فاسأَلوا اللهَ أن يُجدِّدَ الإيمانَ في قلوبِكم

“Mohonlah kepada Allah agar Dia selalu memperbarui iman yang ada di dalam hatimu agar tidak usang.” (HR. Thabrani).

Lihat: Memperbarui Keimanan dalam Hati

Kita meminta agar iman tidak terkikis, lapuk, dan semakin berkurang hingga habis. Na’udzubillahi mindzalik.

Seorang hamba selalu butuh bersyukur kepada Allah, sebagaimana ketika dia melakukan kesalahan, dia juga butuh memohon kepada Allah agar dihindarkan dari hukuman akibat perbuatan dosanya. Ia harus segera kembali dan memohon ampun kepada Allah, bertaubat dengan taubat nasuha, yaitu taubat yang sungguh-sungguh dan ikhlas hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54541-semua-nikmat-dari-allah-sedangkan-perbuatan-dosa-dari-godaan-setan/